Rabu, 15 Juni 2016

KONSEP DASAR KOMUNIKASI ISLAM


            Ilmu komunikasi pada hakikatnya adalah ilmu tentang mengirim dan menerima pesan, baik dengan lisan, tulisan maupun dengan anggota tubuh.Manusia patut bersyukur kepada Allah Yang Mencipta karena seluruh komponen pengirim dan penerima pesan disediakan secara gratis dan siap difungsikan sesaat setelah kita dilahirkan bahkan sebelum dilahirkan.Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa alat komunikasi yang paling pertama berfungsi pada manusia adalah pendengaran, setelah itu penglihatan, dan fu’ad (hati).Berikut ini beberapa pandangan umum tentang komunikasi Islam:

1.      Komunikasi Ada Sejak Manusia Ada
Usia komunikasi berbanding lurus dengan usia manusia. Berdasarkan informasi dari Al-Qur’an dan Hadis, diketahui bahwa Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi ini. Sejak awal keberadaannya, Allah sudah menyiapkan untuk Adam perangkat-perangkat yang memungkinkannya untuk berkomunikasi. Perangkat itu adalah lidah dan segala pendukungnya, pendengaran, penglihatan, dan hati. Allah menciptakan telinga agar manusia bisa mendengar. Allah menciptakan mata agar bisa melihat. Dan Allah menciptakan hati agar manusia bisa berpikir dan merasa serta bisa berkomunikasi dengan-Nya Allah SWT. Allah SWT berfirman:
الَّذِيأَحْسَنَكُلَّشَيْءٍخَلَقَهُوَبَدَأَخَلْقَالإنْسَانِمِنْطِينٍثُمَّجَعَلَنَسْلَهُمِنْسُلالَةٍمِنْمَاءٍمَهِينٍثُمَّسَوَّاهُوَنَفَخَفِيهِمِنْرُوحِهِوَجَعَلَلَكُمُالسَّمْعَوَالأبْصَارَوَالأفْئِدَةَقَلِيلامَاتَشْكُرُونَ
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)wya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS. As-Sajadah 7-9)

            Berdasarkan ayat ini dipahami bahwa Adam  maupun anak keturunannya termasuk kita diciptakan oleh Allah dengan perangkat komunikasi yang sama. Setelah perangkat komunikasi berupa lisan, penglihatan dan hati semuanya sudah siap dan berfungsi, maka Allah SWT mulai berkomunikasi dengan Adam. Komunikasi pertama adalah saat Allah mengajarkan kepadanya seluruh kosakata. Lalu setelah itu Adam diperintahkan oleh Allah untuk mengajarkan kepada para malaikat kosakata yang telah diajarkan kepadanya.

            Al-Qur’an menceritakan kepada pembacanya tentang bisikan iblis kepada Adam dan Hawa. Dengan tipu dayanya, iblis masuk kedalam pikiran Adam dan Hawalewat pintu keabadian. Allah SWT berfirman:
وَيَاآدَمُاسْكُنْأَنْتَوَزَوْجُكَالْجَنَّةَفَكُلامِنْحَيْثُشِئْتُمَاوَلاتَقْرَبَاهَذِهِالشَّجَرَةَفَتَكُونَامِنَالظَّالِمِينَفَوَسْوَسَلَهُمَاالشَّيْطَانُلِيُبْدِيَلَهُمَامَاوُورِيَعَنْهُمَامِنْسَوْآتِهِمَاوَقَالَمَانَهَاكُمَارَبُّكُمَاعَنْهَذِهِالشَّجَرَةِإِلاأَنْتَكُونَامَلَكَيْنِأَوْتَكُونَامِنَالْخَالِدِينَوَقَاسَمَهُمَاإِنِّيلَكُمَالَمِنَالنَّاصِحِينَفَدَلاهُمَابِغُرُورٍفَلَمَّاذَاقَاالشَّجَرَةَبَدَتْلَهُمَاسَوْآتُهُمَاوَطَفِقَايَخْصِفَانِعَلَيْهِمَامِنْوَرَقِالْجَنَّةِوَنَادَاهُمَارَبُّهُمَاأَلَمْأَنْهَكُمَاعَنْتِلْكُمَاالشَّجَرَةِوَأَقُلْلَكُمَاإِنَّالشَّيْطَانَلَكُمَاعَدُوٌّمُبِينٌ
“(Dan Allah berfirman'), "Hai Adam, bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.” Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka, yaitu auratnya, dan setan berkata, "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)." Dan dia(setan) bersumpah kepada keduanya, "Sesungguhnya saya termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua.”Maka setan membujuk keduanya (untuk merasakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupi­nya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka, "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, 'Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua'?”(QS. Al-A’raf: 19-22)

     Diantara pelajaran yang dapat kita ambil berdasarkan informasi dari Al-Qur’an diatas adalah:
1.      Komunikasi sudah disiapkan Allah sejak manusia pertama diciptakan.
2.      Perangkat komunikasi paling penting yang diciptakan Allah pendengaran, penglihatan, dan hati.
3.      Dengan perangkat komunikasi, Adam mendapatkan kesempatan terhormat untuk berkomunikasi dengan Allah, Sang Pencipta. Ini adalah bentuk komunikasi manusia dengan Penciptanya.
4.      Manusia memerlukan tean untuk berkomunikasi, buat berbagi rasa untuk mendapatkan ketenangan hidup. Untuk mewujudkan tujuan tersebut Allah menciptakan Hawa. Komunikasi Adam dan Hawa adalah bentuk komunikasi dengan sesama manusia.
5.      Informasi lain yang juga dapat diserap oleh pembaca Al-Qur’an diantaranya adalah tentang jumlah kosakata yang diajarkan Allah kepada Adam. Informasi ini menunjukkan bahwa kosakata yang diajarkan Allah kepada Adam sangat banyak, sehingga memungkinkannya untuk mengomunikasikan semua hal yang beliau inginkan.
6.      Komunikasi lain yang terjadi pada manusia adalah komunikasi dalam diri yang dipengaruhi oleh bisikan baik malaikat atau bisikan buruk yang berasal dari setan. Dengan bisikan itu manusia bisa baik dan bisa juga buruk.

2.      Komunikasi Terkait dengan Pandangan Islam Terhadap Manusia
            Dalam pandangan Islam, manusia adalah makhluk empat dimensi. Yakni sebagai makhluk Allah, sebagai diri sendiri, sebagai makhluk yang hidup dengan sesama, dan sebagai makhluk yang hidup di alam semesta.
a.       Sebagai makhluk Allah, manusia mengabdi dan melaksanakan segala perintah-Nya. Dalam hal ini manusia sangat memerlukan saluran untuk berkomunikasi langsung dengan Pencipta mereka. Dengan adanya saluran komunikasi dengan Pencipta ini manusia bisa meminta, mengadu, dan menyurahkan segala rasa dan keinginan.
b.      Sebagai diri, manusia adalah makhluk yang memiliki dua dimensi , baik dan jahat, dan mereka bergulat dengan dua kekuatan ini. Dimensi baik didukung oleh malaikat dan dimensi jahat dibisikan oleh iblis. Dalam menjalani kehidupannya, manusia banyak sekali menghabiskan waktu untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri.
c.       Sebagai makhluk sosial manusia tidak mungkin hidup menyendiri dan memisahkan diri dari komunitasnya. Aspek inilah yang menjadi bidang garap terluas ilmu komunikasi secara umum.
d.      Manusia tidak bisa mengelak untuk berinteraksi dengan makhluk lain selain manusia yang ada di muka bumi. Dalam pandangan Islam, seluruh makhluk hidup itu memiliki kesamaan, yaitu sebagai makhluk Allah yang diciptakan dengan sistem yang sama dengan manusia, mendapatkan rezeki sama dengan manusia, mendapatkan perhatian sama seperti manusia. Diantara kesamaan makhluk lain dengan manusia adalah kemampuan berkomunikasi, mereka sebenarnya bisa berkomunikasi sebagaimana manusia berkomunikasi.\

3.      Komunikasi Adalah Kebutuhan Dasar Hidup Manusia
            Dalam bukunya MotivationandPersonality,  Maslow mengatakan bahwa manusia memiliki lima kebutuhan yang berjenjang. Lima jenjang kebutuhan pokok manusia menurut beliau adalah sebagai berikut:
a.       Kebutuhan mempertahankan hidup (psikologicalneeds).
b.      Kebutuhan rasa aman (Safetyneeds).
c.       Kebutuhan sosial (Sosial needs)
d.      Kebutuhan akan prestise/penghargaan (esteemneeds)
e.       Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja (self-actualization).
            Jauh sebelum Maslow, seorang intelektual muslim, Imam Abu Ishaq (w. 790) membagi kebutuhan manusia dalam tiga kategori, yaitu:
1)      Dharuriyyat, adalah hal-hal mendasar yang harus ada pada setiap manusia yang membuat hidup ini bisa berlangsung, baik menyangkut kemaslahatan dunia maupun agama. Hal yang termasuk kategori dharuriyyat ada lima, yaitu: kebutuhan untuk beragama, kebutuhan untuk menjaga diri, kebutuhan untuk menjaga akal, kebutuhan untuk menjaga keturunan, dan kebutuhan terhadap harta. Hal-hal yang masuk kategori dharuriyyat dalam aspek agama diantaranya beriman dan mengucapkan syahadat, Shalat, zakat, puasa, haji, dan sejenisnya. Dalam aspek menjaga diri di antaranya kebutuhan untuk makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal. Dalam aspek menjaga akal di antaranya adalah larangan untuk merusaknya dengan khamar, berpikir khurafat, dan lain-lain. Dalam aspek menjaga keturunan adalah perintah untuk menikah, larangan membunuh jiwa tanpa alasan yang dibenarkan. Adapun aspek menjaga harta orang dengan cara yang tidak ilegal.
2)      Hajiyyat adalah kebutuhan manusia agar hidup lebih mudah, lebih lapang, sesuai dengan kebutuhan standar, tidak membuat seseorang menjadi susah tetapi tidak termasuk dalam kategori mewah.
3)      Tahsiniyat/Takmili adalah kebutuhan yang terkait dengan kenyamanan seperti makan dengan kualitas yang baik, minuman yang lezat, tinggal di perumahan yang mewah, kamar yang luas, ruang yang lega, dan semisalnya.
            Ibnu Khaldun (w. 808 H) membagi kebutuhan manusia hanya dalam dua kategori besar, yaitu kebutuhan pokok dan kebutuhan pelengkap. Beliau menyebutnya maasyandan riyasyan. Maasyanadalah kebutuhan tingkatdharuriyyatdan hajiyyat. Adapun riyasyanterkait dengan kebutuhan tambahan, diluardharuriyyat dan hajiyyat.

4.      Komunikasi adalah Wujud dari Kasih Sayang Allah Terhadap Manusia
            Seluruh bentuk kebaikan dan segala hal yang bermanfaat untuk manusia di dunia ini ataupun nanti di akhirat masuk dalam kategori rahmat. Allah selalu mengedepankan sifat ini dari sifat lainnya dalam memilih, menetapkan, danmemprioritaskan semua perkara. Tentang hakikat ini Allah SWT berfirman:
قُلْلِمَنْمَافِيالسَّمَاوَاتِوَالْأَرْضِقُلْلِلَّهِكَتَبَعَلَىنَفْسِهِالرَّحْمَةَلَيَجْمَعَنَّكُمْإِلَىيَوْمِالْقِيَامَةِلَارَيْبَفِيهِالَّذِينَخَسِرُواأَنْفُسَهُمْفَهُمْلَايُؤْمِنُونَ

“Katakanlah "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?" Katakanlah "Kepunyaan Allah" Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang.””(QS. Al-An’am: 12)

            Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah SWT menegaskan:إنرحمتي غلبت غضبي   “Sesungguhnya rahmat-Ku selalu mengalahkan kemurkaan-Ku.”
Diantara bentuk rahmat dan wujud kasih sayang Allah kepada seluruh manusia adalah kemampuan berkomunikasi dengan sesama dengan berbagai bahasa. Dengan komunikasi manusia mampu menjalin kasih.
Allah menyebut komunikasi dengan istilah “Bayan”, yang artinya kemampuan menyampaikan sesuatu dengan jelas. Salah satu dari bentuk realisasi kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya dalam komunikasi adalah dengan memberikan kesempatan bertobat dan mengevaluasi diri sendiri setiap hari selama dua puluh empat jam nonstop. Kapan saja menyadari kesalahannya dia bisa langsung bisa mengajukan permohonan maafnya dan melepaskan bayang-bayang kesalahan yang menghantui dirinya tanpa perantara siapa pun. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْاِبِىمُوْسَىرضاَنَّرَسُوْلَاللهِصقَااِنَّاللهَعَزَّوَجَلَّيَبْسُطُيَدَهُبِاللَّيْلِلِيَتُوْبَمُسِىُالنَّهَارِ،وَيَبْسُطُيَدَهُبِالنَّهَارِلِيَتُوْبَمُسِى ءُاللَّيْلِحَتَّىتَطْلُعَالشَّمْسُمِنْمَغْرِبِهَا.

Dari Abu Musa RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah ‘Azza waJalla membentangkan tangan-Nya di waktu malam agar supaya orang yang berbuat jahat di siang hari mau bertaubat, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar orang yang berbuat jahat di malam hari mau bertaubat, begitulah hingga matahari terbit dari tempat terbenamnya”. [HR. Muslim dan Nasai]

            Bentuk kasih sayang lainnya dari Allah lewat Rasul-Nya adalah melarang manusia untuk tidak saling berkomunikasi lebih dari tiga hari jika didasarkan atas alasan kebencian.

5.      Komunikasi Bertujuan untuk Saling Mengenal Antarmanusia Buat Mewujudkan Semangat Takwa
            Manusia diciptakan oleh Allah dengan berbagai macam latar belakang, baik bahasa, adat, suku, bangsa, dan agama. Maksud dari keragaman itu adalah agar manusia saling ta’aruf atau saling mengenal. Keragaman itu sungguh indah, ibarat bunga yang berwarna-warni disebuah taman yang luas. Setiap manusia adalah unik, setiap adat juga unik, setiap suku pasti ada keunikannya, begitu juga bangsa dan agama.
            Fenomena keragaman dan tujuan dari keragaman ini disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
يَاأَيُّهَاالنَّاسُإِنَّاخَلَقْنَاكُمْمِنْذَكَرٍوَأُنْثَىوَجَعَلْنَاكُمْشُعُوبًاوَقَبَائِلَلِتَعَارَفُواإِنَّأَكْرَمَكُمْعِنْدَاللَّهِأَتْقَاكُمْإِنَّاللَّهَعَلِيمٌخَبِيرٌ
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)

            Di antara manfaat ta’arufjuga adalah agar hubungan nasab tidak terputus dan agar ikatan kekeluargaan menguat. Menguatnya hubungan kekeluargaan berdampak positif buat kehidupan kita. Menurut ajaran Islam, ta’aruftidak sekedar untuk menghubungkan antarmanusia, baik yang memiliki hubungan nasab atau tidak, tetapi bertujuan untuk menebarkan nilai positif kepada setiap orang yang berkenalan dengan kita.

6.      Komunikasi Bertujuan untuk Menebar Semangat Silm (Kedamaian dan Kenyamanan)
Dalam perspektif Islam, akhir dari proses komunikasi adalah mengantarkan manusia untuk merasakan kehidupan yang damai dan nyaman (silm).
Diantara bukti menyatunya prinsipsilm dalam komunikasi adalah celaan Allah SWT terhadap setiap orang yang suka mengumpat dan mencela dengan kata-kata maupun dengan perbuatan. Allah berfirman:
وَيْلٌلِكُلِّهُمَزَةٍلُمَزَةٍ
"Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela” (QS. Al-Humazah:1)
Secara umum makna kata humazah dan lumazahadalah menghina dan merendahkan orang lain dengan kata ataupun perbuatan.
Selain itu, Rasulullah SAW juga menyatakan bahwa tidak beriman orang yang tetangganya tidak nyaman dengan gangguannya. Dalam hadisnya Rasulullah SAW bersabda:
عنأبيهريرةرضياللهعنهأَنَّرَسُوْلَاللهِصلىاللهعليهوسلمقَالَ: لاَيَدْخُلُاْلجَنَّةَمَنْلاَيَأْمَنُجَارُهُبَوَائِقَهُ
Dari Abu Hurairah radliyallahuanhu bahwasanya RosulullahShallallahu alaihi wasallam bersabda, “Tidak akan masuk ke dalam surga, seseorang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.”
            Semangat silm inilah yang bisa mengantarkan Islam mampu merealisasikan cita-citanya untuk menjadi rahmatanlil’alamin.

7.      Komunikasi Adalah Paket
            Dalam ajaran Islam, pesan yang diucapkan oleh lisan atau yang digoreskan oleh pena yang diisyaratkan oleh anggota tubuh merupakan terjemahan dari keinginan hati. Lisan atau goresan  pena atau gerak tubuh adalah juru bicara dari hati. Hati yang berkehendak diungkapkan oleh lisan  dan dilakukan oleh anggota tubuh. Rasulullah SAW bersabda:
أَلاَوَإِنَّفِيالْجَسَدِمُضْغَةًإِذَاصَلَحَتْصَلَحَالْجَسَدُكُلُّهُوَإِذَافَسَدَتْفَسَدَالْجَسَدُكُلُّهُأَلاَوَهِيَالْقَلْبُ
“....Ketahuilah, bahwa dalam tubuh terdapat mudghah (segumpal daging), jika ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
            Sejatinya, ketiga komponen tersebut satu paket. Ketika hati bersedih, lisan normalnya tidak kuasa untuk tidak mengungkapkan rasa, lalu diikuti oleh mata yang berbinar dan akhirnya menangis.
            Karena sumber pesan adalah hati dan hati merupakan sumber kehendak, maka pesan yang dikeluarkan oleh lisan atau tulisan adalah terjemahan dari kehendak hati. Hati yang baik akan memproduksi pesan-pesan yang indah dan menyejukkan, sedangkan hati yang busuk akan menebarkan aroma tidak sedap kepada orang yang menerimanya ataupun orang lain yang terkait dengannya.

8.      Komunikasi Memiliki Efek Dunia dan Akhirat
            Komunikasi antarmanusia merupakan aktivitas menyampaikan dan menerima pesan dari dan kepada orang lain. Tujuan komunikasi adalah pertukaran pesan dan saling memengaruhi, maka membangun komunikasi yang bertujuan untuk menciptakan suasa yang sehat adalah bagian yang tidak terpisahkan  dari Islam. Pengaruh tersebut tidak hanya sesaat, tetapi kadang-kadang kekal sepanjang hidup komunikan. Wahab bin Munabbih pernah berkata:

“Majelis yang membincangkan masalah keilmuan lebih saya cintai daripada shalat dengan kadar waktu yang sama yang dihabiskan untuk kajian ilmu. Barangkali ada di antara mereka yang mendengar satu kata, lalu kata itu bermanfaat untuk dirinya selama setahun atau seumur hidup.”

            Diantara sebab manusia bisa terpengaruh oleh komunikasi adalah karena komunikasi memiliki kekuatan menyihir atau memukau orang lain. Rasulullah SAW bersabda:
“Dari Abdullah bin Umar r.a., telah datang dua orang dari Masyriq, lalu keduanya berpidato. Orang-orang terkagum-kagum dengan penjelasannya. Lalu Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya di antara pesan yang terucap itu adalah bius”.” (HR. Bukhari)

            Seni menyampaikan pesan disebut Rasulullah sebagai sihir karena ia bisa mengalihkan perhatian pendengar kepada makna yang diinginkan oleh pembicara, meskipun keliru. Rasulullah SAW bersabda:

“Dari Abu Hurairahr.a., Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mempelajari seni menyampaikan pesan untuk menawan hati manusia, Allah tidak akan menerima segala tebusannya di hari kiamat.”” (HR. Abu Dawud)
            Tetapi jika dia mampu menarik perhatian orang dengan tujuan menunjukkan jalan hidayah dan orang mendapatkan hidayah lewat perantaranya maka perbuatan itu sangat terpuji. Rasulullah SAW bersabda:

“Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda: tidak ada seorang pun yang mengefektifkan lisannya untuk kebenaran, lalu apa yang dia katakan diamalkan orang setelahnya, kecuali Allah akan mengalirkan pahalanya sampai hari kiamat, kemudian Allah akan sempurnakan pahalanya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)

            Karena besarnya pengaruh komunikasi diatas, maka kita perlu berpikir sebelum berkomunikasi, apakah berdampak positif atau negatif terhadap diri kita dan orang lain.

Referensi
Dr. Harjani Hefni, Lc., M.A.2015. Komunikasi Islam. Prenadamedia Group:Jakarta

1 komentar: