Ilmu komunikasi pada hakikatnya adalah ilmu tentang mengirim dan menerima pesan, baik dengan lisan, tulisan maupun dengan anggota tubuh.Manusia patut bersyukur kepada Allah Yang Mencipta karena seluruh komponen pengirim dan penerima pesan disediakan secara gratis dan siap difungsikan sesaat setelah kita dilahirkan bahkan sebelum dilahirkan.Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa alat komunikasi yang paling pertama berfungsi pada manusia adalah pendengaran, setelah itu penglihatan, dan fu’ad (hati).Berikut ini beberapa pandangan umum tentang komunikasi Islam:
1.
Komunikasi Ada Sejak Manusia Ada
Usia komunikasi berbanding lurus dengan
usia manusia. Berdasarkan informasi dari Al-Qur’an dan Hadis, diketahui bahwa
Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi ini. Sejak awal
keberadaannya, Allah sudah menyiapkan untuk Adam perangkat-perangkat yang
memungkinkannya untuk berkomunikasi. Perangkat itu adalah lidah dan segala
pendukungnya, pendengaran, penglihatan, dan hati. Allah menciptakan telinga
agar manusia bisa mendengar. Allah menciptakan mata agar bisa melihat. Dan
Allah menciptakan hati agar manusia bisa berpikir dan merasa serta bisa
berkomunikasi dengan-Nya Allah SWT. Allah SWT berfirman:
الَّذِيأَحْسَنَكُلَّشَيْءٍخَلَقَهُوَبَدَأَخَلْقَالإنْسَانِمِنْطِينٍثُمَّجَعَلَنَسْلَهُمِنْسُلالَةٍمِنْمَاءٍمَهِينٍثُمَّسَوَّاهُوَنَفَخَفِيهِمِنْرُوحِهِوَجَعَلَلَكُمُالسَّمْعَوَالأبْصَارَوَالأفْئِدَةَقَلِيلامَاتَشْكُرُونَ
“Yang membuat segala sesuatu yang
Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani).
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)wya roh (ciptaan)-Nya
dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu
sedikit sekali bersyukur.” (QS. As-Sajadah 7-9)
Berdasarkan
ayat ini dipahami bahwa Adam maupun anak
keturunannya termasuk kita diciptakan oleh Allah dengan perangkat komunikasi
yang sama. Setelah perangkat komunikasi berupa lisan, penglihatan dan hati
semuanya sudah siap dan berfungsi, maka Allah SWT mulai berkomunikasi dengan
Adam. Komunikasi pertama adalah saat Allah mengajarkan kepadanya seluruh
kosakata. Lalu setelah itu Adam diperintahkan oleh Allah untuk mengajarkan
kepada para malaikat kosakata yang telah diajarkan kepadanya.
Al-Qur’an
menceritakan kepada pembacanya tentang bisikan iblis kepada Adam dan Hawa.
Dengan tipu dayanya, iblis masuk kedalam pikiran Adam dan Hawalewat pintu
keabadian. Allah SWT berfirman:
وَيَاآدَمُاسْكُنْأَنْتَوَزَوْجُكَالْجَنَّةَفَكُلامِنْحَيْثُشِئْتُمَاوَلاتَقْرَبَاهَذِهِالشَّجَرَةَفَتَكُونَامِنَالظَّالِمِينَفَوَسْوَسَلَهُمَاالشَّيْطَانُلِيُبْدِيَلَهُمَامَاوُورِيَعَنْهُمَامِنْسَوْآتِهِمَاوَقَالَمَانَهَاكُمَارَبُّكُمَاعَنْهَذِهِالشَّجَرَةِإِلاأَنْتَكُونَامَلَكَيْنِأَوْتَكُونَامِنَالْخَالِدِينَوَقَاسَمَهُمَاإِنِّيلَكُمَالَمِنَالنَّاصِحِينَفَدَلاهُمَابِغُرُورٍفَلَمَّاذَاقَاالشَّجَرَةَبَدَتْلَهُمَاسَوْآتُهُمَاوَطَفِقَايَخْصِفَانِعَلَيْهِمَامِنْوَرَقِالْجَنَّةِوَنَادَاهُمَارَبُّهُمَاأَلَمْأَنْهَكُمَاعَنْتِلْكُمَاالشَّجَرَةِوَأَقُلْلَكُمَاإِنَّالشَّيْطَانَلَكُمَاعَدُوٌّمُبِينٌ
“(Dan Allah berfirman'), "Hai
Adam, bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu
berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua
mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang
zalim.” Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan
kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka, yaitu auratnya, dan setan
berkata, "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan
supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang
kekal (dalam surga)." Dan dia(setan) bersumpah kepada keduanya,
"Sesungguhnya saya termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu
berdua.”Maka setan membujuk keduanya (untuk merasakan buah itu) dengan tipu
daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, tampaklah bagi keduanya
aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga.
Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka, "Bukankah Aku telah melarang kamu
berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, 'Sesungguhnya setan itu
adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua'?”(QS. Al-A’raf: 19-22)
Diantara
pelajaran yang dapat kita ambil berdasarkan informasi dari Al-Qur’an diatas
adalah:
1.
Komunikasi
sudah disiapkan Allah sejak manusia pertama diciptakan.
2.
Perangkat
komunikasi paling penting yang diciptakan Allah pendengaran, penglihatan, dan
hati.
3.
Dengan
perangkat komunikasi, Adam mendapatkan kesempatan terhormat untuk berkomunikasi
dengan Allah, Sang Pencipta. Ini adalah bentuk komunikasi manusia dengan Penciptanya.
4.
Manusia
memerlukan tean untuk berkomunikasi, buat berbagi rasa untuk mendapatkan
ketenangan hidup. Untuk mewujudkan tujuan tersebut Allah menciptakan Hawa.
Komunikasi Adam dan Hawa adalah bentuk komunikasi dengan sesama manusia.
5.
Informasi
lain yang juga dapat diserap oleh pembaca Al-Qur’an diantaranya adalah tentang
jumlah kosakata yang diajarkan Allah kepada Adam. Informasi ini menunjukkan
bahwa kosakata yang diajarkan Allah kepada Adam sangat banyak, sehingga
memungkinkannya untuk mengomunikasikan semua hal yang beliau inginkan.
6.
Komunikasi
lain yang terjadi pada manusia adalah komunikasi dalam diri yang dipengaruhi
oleh bisikan baik malaikat atau bisikan buruk yang berasal dari setan. Dengan
bisikan itu manusia bisa baik dan bisa juga buruk.
2.
Komunikasi Terkait dengan Pandangan Islam Terhadap Manusia
Dalam
pandangan Islam, manusia adalah makhluk empat dimensi. Yakni sebagai makhluk
Allah, sebagai diri sendiri, sebagai makhluk yang hidup dengan sesama, dan
sebagai makhluk yang hidup di alam semesta.
a.
Sebagai
makhluk Allah, manusia mengabdi dan melaksanakan segala perintah-Nya. Dalam hal
ini manusia sangat memerlukan saluran untuk berkomunikasi langsung dengan
Pencipta mereka. Dengan adanya saluran komunikasi dengan Pencipta ini manusia
bisa meminta, mengadu, dan menyurahkan segala rasa dan keinginan.
b.
Sebagai
diri, manusia adalah makhluk yang memiliki dua dimensi , baik dan jahat, dan
mereka bergulat dengan dua kekuatan ini. Dimensi baik didukung oleh malaikat
dan dimensi jahat dibisikan oleh iblis. Dalam menjalani kehidupannya, manusia banyak
sekali menghabiskan waktu untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri.
c.
Sebagai
makhluk sosial manusia tidak mungkin hidup menyendiri dan memisahkan diri dari
komunitasnya. Aspek inilah yang menjadi bidang garap terluas ilmu komunikasi
secara umum.
d.
Manusia
tidak bisa mengelak untuk berinteraksi dengan makhluk lain selain manusia yang
ada di muka bumi. Dalam pandangan Islam, seluruh makhluk hidup itu memiliki
kesamaan, yaitu sebagai makhluk Allah yang diciptakan dengan sistem yang sama
dengan manusia, mendapatkan rezeki sama dengan manusia, mendapatkan perhatian
sama seperti manusia. Diantara kesamaan makhluk lain dengan manusia adalah
kemampuan berkomunikasi, mereka sebenarnya bisa berkomunikasi sebagaimana manusia
berkomunikasi.\
3.
Komunikasi Adalah Kebutuhan Dasar Hidup Manusia
Dalam
bukunya MotivationandPersonality, Maslow mengatakan bahwa manusia memiliki
lima kebutuhan yang berjenjang. Lima jenjang kebutuhan pokok manusia menurut
beliau adalah sebagai berikut:
a.
Kebutuhan
mempertahankan hidup (psikologicalneeds).
b.
Kebutuhan
rasa aman (Safetyneeds).
c.
Kebutuhan
sosial (Sosial needs)
d.
Kebutuhan
akan prestise/penghargaan (esteemneeds)
e.
Kebutuhan
mempertinggi kapasitas kerja (self-actualization).
Jauh
sebelum Maslow, seorang intelektual muslim, Imam Abu Ishaq (w. 790) membagi
kebutuhan manusia dalam tiga kategori, yaitu:
1)
Dharuriyyat,
adalah hal-hal mendasar yang harus ada pada setiap manusia yang membuat hidup
ini bisa berlangsung, baik menyangkut kemaslahatan dunia maupun agama. Hal yang
termasuk kategori dharuriyyat ada lima, yaitu: kebutuhan untuk beragama,
kebutuhan untuk menjaga diri, kebutuhan untuk menjaga akal, kebutuhan untuk
menjaga keturunan, dan kebutuhan terhadap harta. Hal-hal yang masuk kategori
dharuriyyat dalam aspek agama diantaranya beriman dan mengucapkan syahadat, Shalat,
zakat, puasa, haji, dan sejenisnya. Dalam aspek menjaga diri di antaranya
kebutuhan untuk makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal. Dalam aspek menjaga
akal di antaranya adalah larangan untuk merusaknya dengan khamar, berpikir khurafat,
dan lain-lain. Dalam aspek menjaga keturunan adalah perintah untuk menikah,
larangan membunuh jiwa tanpa alasan yang dibenarkan. Adapun aspek menjaga harta
orang dengan cara yang tidak ilegal.
2)
Hajiyyat
adalah kebutuhan manusia agar hidup lebih mudah, lebih lapang, sesuai dengan
kebutuhan standar, tidak membuat seseorang menjadi susah tetapi tidak termasuk
dalam kategori mewah.
3)
Tahsiniyat/Takmili
adalah kebutuhan yang terkait dengan kenyamanan seperti makan dengan kualitas
yang baik, minuman yang lezat, tinggal di perumahan yang mewah, kamar yang
luas, ruang yang lega, dan semisalnya.
Ibnu
Khaldun (w. 808 H) membagi kebutuhan manusia hanya dalam dua kategori besar,
yaitu kebutuhan pokok dan kebutuhan pelengkap. Beliau menyebutnya maasyandan riyasyan. Maasyanadalah kebutuhan tingkatdharuriyyatdan hajiyyat. Adapun riyasyanterkait
dengan kebutuhan tambahan, diluardharuriyyat
dan hajiyyat.
4.
Komunikasi adalah Wujud dari Kasih Sayang Allah Terhadap Manusia
Seluruh bentuk kebaikan dan segala
hal yang bermanfaat untuk manusia di dunia ini ataupun nanti di akhirat masuk
dalam kategori rahmat. Allah selalu mengedepankan sifat ini dari sifat lainnya
dalam memilih, menetapkan, danmemprioritaskan semua perkara. Tentang hakikat
ini Allah SWT berfirman:
قُلْلِمَنْمَافِيالسَّمَاوَاتِوَالْأَرْضِقُلْلِلَّهِكَتَبَعَلَىنَفْسِهِالرَّحْمَةَلَيَجْمَعَنَّكُمْإِلَىيَوْمِالْقِيَامَةِلَارَيْبَفِيهِالَّذِينَخَسِرُواأَنْفُسَهُمْفَهُمْلَايُؤْمِنُونَ
“Katakanlah "Kepunyaan siapakah
apa yang ada di langit dan di bumi?" Katakanlah "Kepunyaan
Allah" Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang.””(QS. Al-An’am:
12)
Dalam
sebuah hadis Qudsi, Allah SWT menegaskan:إنرحمتي غلبت
غضبي “Sesungguhnya rahmat-Ku selalu mengalahkan
kemurkaan-Ku.”
Diantara bentuk rahmat dan wujud
kasih sayang Allah kepada seluruh manusia adalah kemampuan berkomunikasi dengan
sesama dengan berbagai bahasa. Dengan komunikasi manusia mampu menjalin kasih.
Allah menyebut komunikasi dengan
istilah “Bayan”, yang artinya kemampuan menyampaikan sesuatu dengan jelas.
Salah satu dari bentuk realisasi kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya dalam
komunikasi adalah dengan memberikan kesempatan bertobat dan mengevaluasi diri
sendiri setiap hari selama dua puluh empat jam nonstop. Kapan saja menyadari kesalahannya
dia bisa langsung bisa mengajukan permohonan maafnya dan melepaskan
bayang-bayang kesalahan yang menghantui dirinya tanpa perantara siapa pun. Rasulullah
SAW bersabda:
عَنْاِبِىمُوْسَىرضاَنَّرَسُوْلَاللهِصقَااِنَّاللهَعَزَّوَجَلَّيَبْسُطُيَدَهُبِاللَّيْلِلِيَتُوْبَمُسِىُالنَّهَارِ،وَيَبْسُطُيَدَهُبِالنَّهَارِلِيَتُوْبَمُسِى
ءُاللَّيْلِحَتَّىتَطْلُعَالشَّمْسُمِنْمَغْرِبِهَا.
Dari Abu Musa RA, bahwasanya
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah ‘Azza waJalla membentangkan
tangan-Nya di waktu malam agar supaya orang yang berbuat jahat di siang hari
mau bertaubat, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar orang yang
berbuat jahat di malam hari mau bertaubat, begitulah hingga matahari terbit
dari tempat terbenamnya”. [HR. Muslim dan Nasai]
Bentuk
kasih sayang lainnya dari Allah lewat Rasul-Nya adalah melarang manusia untuk
tidak saling berkomunikasi lebih dari tiga hari jika didasarkan atas alasan
kebencian.
5.
Komunikasi Bertujuan untuk Saling Mengenal Antarmanusia Buat
Mewujudkan Semangat Takwa
Manusia
diciptakan oleh Allah dengan berbagai macam latar belakang, baik bahasa, adat,
suku, bangsa, dan agama. Maksud dari keragaman itu adalah agar manusia saling
ta’aruf atau saling mengenal. Keragaman itu sungguh indah, ibarat bunga yang
berwarna-warni disebuah taman yang luas. Setiap manusia adalah unik, setiap
adat juga unik, setiap suku pasti ada keunikannya, begitu juga bangsa dan
agama.
Fenomena
keragaman dan tujuan dari keragaman ini disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
يَاأَيُّهَاالنَّاسُإِنَّاخَلَقْنَاكُمْمِنْذَكَرٍوَأُنْثَىوَجَعَلْنَاكُمْشُعُوبًاوَقَبَائِلَلِتَعَارَفُواإِنَّأَكْرَمَكُمْعِنْدَاللَّهِأَتْقَاكُمْإِنَّاللَّهَعَلِيمٌخَبِيرٌ
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat:
13)
Di
antara manfaat ta’arufjuga adalah agar hubungan nasab tidak terputus dan agar
ikatan kekeluargaan menguat. Menguatnya hubungan kekeluargaan berdampak positif
buat kehidupan kita. Menurut ajaran Islam, ta’aruftidak sekedar untuk
menghubungkan antarmanusia, baik yang memiliki hubungan nasab atau tidak,
tetapi bertujuan untuk menebarkan nilai positif kepada setiap orang yang
berkenalan dengan kita.
6.
Komunikasi Bertujuan untuk Menebar Semangat Silm (Kedamaian dan
Kenyamanan)
Dalam perspektif Islam, akhir dari
proses komunikasi adalah mengantarkan manusia untuk merasakan kehidupan yang
damai dan nyaman (silm).
Diantara bukti menyatunya prinsipsilm
dalam komunikasi adalah celaan Allah SWT terhadap setiap orang yang suka
mengumpat dan mencela dengan kata-kata maupun dengan perbuatan. Allah
berfirman:
وَيْلٌلِكُلِّهُمَزَةٍلُمَزَةٍ
"Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela” (QS. Al-Humazah:1)
Secara umum makna kata humazah dan lumazahadalah menghina dan merendahkan orang lain dengan kata ataupun
perbuatan.
Selain itu, Rasulullah SAW juga menyatakan bahwa tidak beriman
orang yang tetangganya tidak nyaman dengan gangguannya. Dalam hadisnya Rasulullah
SAW bersabda:
عنأبيهريرةرضياللهعنهأَنَّرَسُوْلَاللهِصلىاللهعليهوسلمقَالَ:
لاَيَدْخُلُاْلجَنَّةَمَنْلاَيَأْمَنُجَارُهُبَوَائِقَهُ
Dari Abu Hurairah radliyallahuanhu
bahwasanya RosulullahShallallahu alaihi wasallam bersabda, “Tidak akan masuk ke
dalam surga, seseorang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.”
Semangat
silm inilah yang bisa mengantarkan Islam mampu merealisasikan cita-citanya
untuk menjadi rahmatanlil’alamin.
7.
Komunikasi Adalah Paket
Dalam ajaran Islam,
pesan yang diucapkan oleh lisan atau yang digoreskan oleh pena yang
diisyaratkan oleh anggota tubuh merupakan terjemahan dari keinginan hati. Lisan
atau goresan pena atau gerak tubuh
adalah juru bicara dari hati. Hati yang berkehendak diungkapkan oleh lisan dan dilakukan oleh anggota tubuh. Rasulullah
SAW bersabda:
أَلاَوَإِنَّفِيالْجَسَدِمُضْغَةًإِذَاصَلَحَتْصَلَحَالْجَسَدُكُلُّهُوَإِذَافَسَدَتْفَسَدَالْجَسَدُكُلُّهُأَلاَوَهِيَالْقَلْبُ
“....Ketahuilah, bahwa dalam tubuh
terdapat mudghah (segumpal daging), jika ia baik, maka baik pula seluruh
tubuhnya. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa
segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sejatinya,
ketiga komponen tersebut satu paket. Ketika hati bersedih, lisan normalnya tidak
kuasa untuk tidak mengungkapkan rasa, lalu diikuti oleh mata yang berbinar dan
akhirnya menangis.
Karena
sumber pesan adalah hati dan hati merupakan sumber kehendak, maka pesan yang
dikeluarkan oleh lisan atau tulisan adalah terjemahan dari kehendak hati. Hati
yang baik akan memproduksi pesan-pesan yang indah dan menyejukkan, sedangkan
hati yang busuk akan menebarkan aroma tidak sedap kepada orang yang menerimanya
ataupun orang lain yang terkait dengannya.
8.
Komunikasi Memiliki Efek Dunia dan Akhirat
Komunikasi
antarmanusia merupakan aktivitas menyampaikan dan menerima pesan dari dan
kepada orang lain. Tujuan komunikasi adalah pertukaran pesan dan saling
memengaruhi, maka membangun komunikasi yang bertujuan untuk menciptakan suasa
yang sehat adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari Islam. Pengaruh tersebut tidak hanya sesaat, tetapi kadang-kadang
kekal sepanjang hidup komunikan. Wahab bin Munabbih pernah berkata:
“Majelis yang membincangkan masalah
keilmuan lebih saya cintai daripada shalat dengan kadar waktu yang sama yang
dihabiskan untuk kajian ilmu. Barangkali ada di antara mereka yang mendengar
satu kata, lalu kata itu bermanfaat untuk dirinya selama setahun atau seumur
hidup.”
Diantara
sebab manusia bisa terpengaruh oleh komunikasi adalah karena komunikasi
memiliki kekuatan menyihir atau memukau orang lain. Rasulullah SAW bersabda:
“Dari Abdullah bin Umar r.a., telah
datang dua orang dari Masyriq, lalu keduanya berpidato. Orang-orang
terkagum-kagum dengan penjelasannya. Lalu Rasulullah SAW bersabda :
Sesungguhnya di antara pesan yang terucap itu adalah bius”.” (HR. Bukhari)
Seni
menyampaikan pesan disebut Rasulullah sebagai sihir karena ia bisa mengalihkan
perhatian pendengar kepada makna yang diinginkan oleh pembicara, meskipun
keliru. Rasulullah SAW bersabda:
“Dari Abu Hurairahr.a., Rasulullah
SAW bersabda: “Barangsiapa mempelajari seni menyampaikan pesan untuk menawan
hati manusia, Allah tidak akan menerima segala tebusannya di hari kiamat.””
(HR. Abu Dawud)
Tetapi
jika dia mampu menarik perhatian orang dengan tujuan menunjukkan jalan hidayah
dan orang mendapatkan hidayah lewat perantaranya maka perbuatan itu sangat
terpuji. Rasulullah SAW bersabda:
“Dari Anas bin Malik berkata,
Rasulullah SAW bersabda: tidak ada seorang pun yang mengefektifkan lisannya
untuk kebenaran, lalu apa yang dia katakan diamalkan orang setelahnya, kecuali
Allah akan mengalirkan pahalanya sampai hari kiamat, kemudian Allah akan
sempurnakan pahalanya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)
Karena besarnya pengaruh
komunikasi diatas, maka kita perlu berpikir sebelum berkomunikasi, apakah
berdampak positif atau negatif terhadap diri kita dan orang lain.
Referensi
Dr. Harjani Hefni, Lc., M.A.2015. Komunikasi Islam. Prenadamedia Group:Jakarta
Dr. Harjani Hefni, Lc., M.A.2015. Komunikasi Islam. Prenadamedia Group:Jakarta
gOOD summary dan sangat bermanfaat
BalasHapus