Sebagai sebuah ilmu, komunikasi Islam memiliki sumber utama yang sangat potensial untuk digali, yaitu dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Meskipun tidak terkumpul dalam satu tempat, tetapi bahan baku ilmu komunikasi Islam yang terdapat dibanyak tempat dalam Al-Qu'ran dan As-Sunnah sangat memungkinkan untuk memformat ilmu komunikasi Islam secara sistematis, sehingga menjadi ilmu yang mudah dimanfaatkan oleh akademisi dan masyarakat secara umum.Selain Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan ilmu-ilmu pendukung untuk memahaminya, kitab-kitab para ulama baik yang lama maupun kontemporer juga banyak yang bisa menjadi bahan baku yang yang bisa diolah untuk membangun ilmu komunikasi Islam.
Sumber lain yang
tidak kalah pentingnya dalam memformat ilmu komunikasi Islam adalah ilmu
komunikasi yang telah berkembang cukup lama dan sudah semakin menunjukkan
kemapanannya. Ilmu komunikasi umum ini sangat membantu upaya untuk memformat
ilmu komunikasi Islam karena kaum Muslimin diajarkan untuk terbuka menerima
kebenaran dari sumber manapun datangnya. Dan, Dr. Harjani Hefni meyakini bahwa
semakin akurat sebuah penelitian tentang ilmu komunikasi, maka akan semakin
membantu peneliti komunikasi Islam dalam mematangkan ilmu komunikasi Islam,
karena kebenaran Islam tidak akan menolak atau bertolak belakang dengan ilmu
pengetahuan. Kaidah utama agama Islam dalam memandang ilmu pengetahuan adalah
akomodatif, bahkan tidak akan ada penelitian ilmiah yang betul-betul akurat
hasilnya yang bertentangan dengan ajaran Islam.
A. Sumber-Sumber komunikasi Islam
1. Al-Qur'an
Definisi Al-Qur'an
Al-Qur’an dari
segi etimologis merupakan bentuk masdhar dari kata qara'a (قرأ) - yakra'u (يقرأ) -
qira'atan (قراءة) - wa qur'anan (قرانا). Kata
qara'a (قرأ) berarti menghimpun dan menyatukan. Jadi menurut bahasa,
Al-Qur'an adalah himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang menjadi satu ayat,
himpunan ayat-ayat menjadi surat, himpunan surat menjadi mushaf Al-Qur'an.
Disamping bermakna menghimpun Al-Qur'an dengan akar kata qara'a, bermakna
tilawah atau membaca. Jika dua makna bahasa ini dipadukan, maka Al-Qur'an
artinya adalah himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang dapat dibaca. Makna
Al-Qur'an seperti ini diisyaratkan oleh surat-surat dalam Al-Qur'an yang dimulai
dengan huruf-huruf yang terpenggal-penggal seperti alif-lam-mim, alif-lam-ra,
kaf-ha-ya-'ain-shad, dan sebagainya. Menurut Ibnu Katsir (w.774 H), huruf-huruf
yang terpenggal-penggal itu mengisyaratkan bahwa Al-Qur'an adalah berasal dari
huruf-huruf itu. Tetapi ketika sudah turun menjadi Al-Qur'an, susunan huruf
tersebut tidak hanya mengandung makna tetapi mengandung mukjizat yang tidak
bisa ditandingi oleh siapa pun. Kehebatan Al-Qur'an yang tidak bisa ditandingi
oleh siapa pun itu yang disebut mukjizat. Dan Al-Qur'an adalah mukjizat
terbesar dan abadi yang dianugerahkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.
Ketika menjadi
terminologi untuk kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, maka
Al-Qur'an didefinisikan sebagai:
الكلامالمعجزالمنزلالنبيابمكتوبفيالمصاحفالمنقولبالتواترالتمعبدبتلاوته
"Firma Allah SWT yang menjadi mukjizat abadi kepada Rasulullah
yang tidak mungkin bisa ditandingi oleh manusia, diturunkan kepada Rasulullah
SAW yang tertulis dalam mushaf, diturunkan ke generasi berikutnya secara
mutawatir, ketika dibaca bernilai ibadah dan berpahala besar."
Definisi diatas mengandung lima makna penting:
1.
Al-Qur'an
adalah firman Allah SWT (QS. an-Najm:4) Yang Maha Mulia dan Maha Agung.
Kedudukan firman-Nya yang mulia dan agung menjadikan kita harus memperlakukannya
dengan mulia juga. Karena harus memperlakukannya dengan mulia juga. Karena
Al-Qur'an adalah firman Allah yang mulia, maka menjadikan Al-Qur'an sebagai
sumber rujukan utama komunikasi Islam akan membuat ilmu ini menjadi ilmu yang
mulia.
2.
Al-Qur'an
adalah mukjizat, tidak ada kata dan bacaan yang mampu menandinginya. Menjadikan
Al-Qur'an sebagai sumber ilmu komunikasi Islam akan membuat teori-teori ilmu
ini menjadi kukuh.
3.
Al-Qur'an
itu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu ke dalam hatinya melalui malaikatJibril
a.s. (QS. Ash-Shu'ara:192). Allah memilih hati Nabi Muhammad karena dianggap
paling layak untuk ditempati Al-Qur'an yang suci.
4.
Al-Qur'an
disampaikan secara muthawatir. Al-Qur'an dihafal dan ditulis oleh banyak
sahabat sehingga mustahil terjadi persengkokolan adanya penambahan atau
pengurangan dalam teksnya. Lalu, secara turun-temurun Al-Qur'an itu diajarkan
kepada generasi berikutnya, dari orang banyak ke orang banyak.
5.
Membaca
Al-Qur'an bernilai ibadah, bahkan setiap huruf diganjar oleh Allah dengan
sepuluh kebaikan.
Sebagai sumber yang
autentik dan isinya yang mengandung mukjizat, maka Al-Qur'an adalah kitab yang
paling layak untuk menjadi sumber utama ilmu komunikasi Islam dan sangat
potensial memberikan kontribusi positif dalam perkembangan ilmu komunikasi
secara umum.
Fungsi Al-Qur'an
1.
Al-Qur'an
sebagai Huda (Petunjuk)
Manusia disiapkan oleh Allah untuk
hidup didunia dalam tempo relatif lama. Usia rata-rata umat Nabi Muhammad
berkisar 60 sampai 70 tahun dan tidak banyak yang melampaui usia tersebut. Karena
rentang hidup yang cukup lama itu, maka Dia Yang Maha Tahu, Maha Bijak dan Maha
Kasih menurunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk dan sebagai pemandu. Agar petunjuk
itu mudah dilaksanakan, maka Allah mengutus Rasulullah SAW untuk
mencontohkannya.
Fungsi Al-Qur'an sebagai petunjuk disebutkan banyak sekali dalam
Al-Qur'an. Allah berfirman:
إِنَّهَذَاالقُرءَانَيَهدِىلِلَّتِىهِىَأَقوَمُوَيُبَشِّرُالمُوءمِنِينَالَّذِينَيَعمَلُونَالصَلِحَتِأَنَّلَهُمأَجرًاكَبِيرًا
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini
memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar gembira
pada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar.”(QS. Al-Isra: 9)
Al-Qur'an berfungsi memandu manusia
dalam perjalanan mengarungi kehidupan agar sampai ke tujuan dengan selamat. Diantara aktivitas yang sangat
memerlukan panduan Al-Qur'an adalah komunikasi, karena setiap manusia sangat
tergantung kepadanya dalam menjalani kehidupan ini, bahkan sebelum mereka lahir
di muka bumi. Banyak sekali ayat-ayat yang
memberikan isyarat tentang komunikasi. Ayat-ayat tersebut memandu kita untuk
saling berkomunikasi dengan Allah, berkomunikasi dengan sesama manusia, serta
berkomunikasi dengan diri sendiri. Sejak diciptakan manusia pertama,
Adam 'alaihissalam, Allah SWT telah membekali beliau dengan modal untuk
berkomunikasi. Modal yang diberikan oleh Allah kepada Adam adalah kosakata yang
merupakan modal dasar manusia untuk berkomunikasi. Seperti firman Allah dalam
Qur'an surah al-Baqarah ayat 31-33.
Sejak berada dalam kandungan, di
saat usia manusia berumur 4 bulan, manusia sudah berkomunikasi dengan Allah
sang Penciptanya. Inti dari komunikasi ini adalah mengenalkan kepada semua
manusia yang akan hidup dibumi bahwa yang menciptakan, memelihara, dan
memperhatikan mereka sejak dalam kandungan sampai mereka meninggal adalah Rabb
Tuhan mereka. Manusia yang ada dalam rahim ibunya itu pun menyatakan bahwa
mereka mengakui keberadaan Rabb dan peran-Nya dalam mengatur segala urusan
mereka. Komunikasi perdana ini disebutkan oleh Allah dalam Qur'an surah
al-A'raf ayat 172.
Setelah manusia lahir di dunia,
mereka bukanlah satu-satunya yang hidup di bumi, tetapi banyak orang lain yang
sudah lebih dahulu ada di dunia yang juga berasal dari keluarga besar mereka.
Dalam kehidupan bersama tersebut, Allah memandu manusia agar tidak hidup dengan
dirinya sendiri dan tidak peduli dengan orang lain, terutama kaum kerabat yang
memiliki hubungan nasab. Karena itu, selain diperintahkan untuk selalu berkomunikasi
dengan Allah yang menciptakannya, Dia juga memerintahkan agar manusia membangun
komunikasi dengan keluarga mereka. Membangun komunikasi dengan pihak keluarga di
dalam Islam dikenal dengan istilah silaturahmi. Seperti yang Allah firmankan
dalam Al-Qur'an surah an-Nisa : 1.
Orang yang paling dekat dan menjadi
prioritas manusia dalam berkomunikasi adalah orang tua. Manusia diperintahkan
untuk berkata santun, tidak boleh kasar, merendahkan diri di hadapan keduanya,
dan mendoakan keduanya agar selalu diampuni Allah dan selalu mendapatkan rahmat
dari-Nya. Seperti yang Allah firmankan dalam Al-Qur'an surah al-Isra: 23-24.
Selain membangun komunikasi dengan
Allah dan keluarga dekat, Allah juga memerintahkan manusia untuk meluaskan
ruang lingkup komunikasi kita dengan orang-orang yang hidup di sekitar kita,
baik anak-anak yatim dan orang-orang miskin yang adadi sekitar kita, tetangga
dekat, tetangga jauh, dan teman-teman sejawat, bahkan dengan para pendatang
yang mungkin tidak kita kenal sebelumnya. Seperti yang Allah firmankan dalam
Qur'an surah an- Nisa: 36.
Bahkan Allah menyatakan bahwa
diantara tujuan keberadaan manusia dimuka bumi ini adalah untuk saling
membangun komunikasi dengan seluruh manusia, tanpa membedakan ras, suku, warna
kulit, bangsa, dan lain-lain. Seperti yang Allah firmankan dalam Qur'an surah
al-Hujurat :13.
Ayat-ayat diatas secara jelas
menunjukkan bagaimana Al-Qur'an memandu manusia dalam membangun komunikasi
dengan Allah Sang Pencipta mereka dan dengan sesama sejak sebelum lahir dimuka
bumi sampai mereka eksis sebagai manusia. Bahkan kalau penggalian informasi ini
dilanjutkan, komunikasi dalam Islam terus berlanjut hingga manusia meninggal
dunia, pada saat dialam kubur, padang mahsyar, bahkan di surga atau di neraka.
2.
Al-Qur'an
sebagai Furqan
Al-Qur'an dengan sifatnya sebagai al-furqan (pembeda), memang
diturunkan untuk mempertegas hal-hal yang tidak disepakati oleh manusia, yaitu
penentuan mana yang baik dan mana yang buruk. Al-Qur'an sebagai al-furqan
menunjukkan kepada manusia mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang
halal dan mana yang haram. Allah SWT berfirman:
شَهرُرَمَضَانَالَّذِىأُنزِلَفِيهِالقُرءاَنُهُدًىلِّلنَّاسِوَبَيِّنَتٍمِنَالهُدَىوَالفُرقَانِ
"(Beberapa hari yang ditentukan
itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan)
al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara hak dan yang bathil)." (QS. Al-Baqarah:
185)
Sifat Al-Qur'an sebagai furqan
menegaskan bahwa ada hal yang menjadi ciri khas kaum muslimin yang
membedakannya dengan selain mereka. Ciri khas ini akan menjadi pembeda
sekaligus tanda pengenal bahwa seseorang adalah seorang muslim.
Kekhasan Islam secara umum tersebut juga termanifestasika dalam ajaran-ajaran yang bersifat khusus seperti ilmu komunikasi.
Diantara kekhasan Islam dalam ilmu komunikasi Islam adalah: meyakini bahwa komunikasi adalah bagian daripada ibadah kepada Allah, bukan sekedar untuk kepuasan diri dan menyenangkan orang lain. Seorang Muslim harus meniatkan segala perbuatan baiknya untuk ibadah, karena tugas utama keberadaan manusia di muka bumi ini adalah ibadah. Seperti firman Allah dalam Al-Qur'an surah al-Bayyinah: 5)
Agama yang lurus adalah jauh dari syirik dan jauh dari kesesatan. Dengan keyakinan ini seorang mukmin menjadi bersemangat membangun komunikasi yang positif dan takut melakukan tindakan yang merusak. Pesan-pesan yang baik yang disampaikan seseorang memiliki kekuatan untuk menembus relung hati manusia dan bahkan membuahkan hasil yang menakjubkan. Allah berfirman:
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. (QS. Ibrahim: 24)
Diantara bentuk kekhasan komunikasi Islam adalah mewujudkan rasa selalu diawasi oleh malaikat saat mengucapkan kata-kata. Bahwa setiap perkataan kita diawasi dan dicatat oleh para malaikat. Allah berfirman:
"Tiada satu ucapan pun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu
hadir." (QS. Qaf: 18)
3.
Al-Qur'an
sebagai Syifa'
Syifa' artinya obat. Sakit biasanya
disebabkan oleh bertemunya dua faktor pemicu dari luar diri, seperti berubahnya
kondisi alam dan menularnya wabah penyakit. Sebagaimana tubuh, hati juga akan
mengalami sakit oleh dua kondisi diatas. Jika iman sedang lemah dan godaan di
luar besar, biasanya hati akan hancur lebur.
Rasulullah menjamin bahwa Allah tidak menurunkan satu pun penyakit
di muka bumi ini kecuali menurunkan juga obatnya. Salah satu obat yang Allah
persiapkan untuk manusia adalah Al-Qur'an. Fungsi Al-Qur'an sebagai obat
terdapat dalam firman Allah:
يَأَيُهَاالنَّاسُقَدجَاءَتكُممِّوعِظَةٌمِّنرَّبِّكُموَشِفَاءٌلِمَافِىالصُّرُورِوَخُدًىوَرَحمَةٌلِّلمُوءمِنِين
"Hai manusia, sesungguhnya
telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman." (QS. Yunus: 57)
Ibnu al-Qayyim (w.751 H) menyatakan
bahwa seluruh Al-Qur'an adalah obat, tidak ada obat yang lebih besar dan lebih
luas manfaatnya daripada Al-Qur'an. Diantara faktor luar yang membuat manusia sakit
adalah faktor komunikasi. Komunikasi yang tidak baik bisa melukai hati,
menyebabkan permusuhan bahkan pertumpahan darah. Adapun perkataan yang indah
bisa membuat suasana damai, mengobati hati yang luka, dan menjadi penyebab
terjadinya suasana kekerabatan dan persaudaraan yang kokoh.
4.
Al-Qur'an
sebagai Rahmat
Diantara bentuk kasih sayang Allah yang paling besar kepada manusia
adalah diturunkannya Al-Qur'an. Allah berfirman:
الرّحمن
علّم القرءان
"Tuhan Yang Maha Pemurah yang
telah mengajarkan Al-Qur'an." (QS. Ar-Rahman: 1-2)
Seluruh bentuk kebaikan dan segala
hal yang bermanfaat bagi manusia di dunia ini maupun nanti diakhirat masuk
dalam kategori rahmat. Rahmat adalah salah satu sifat Allah yang menonjol. Dia
selalu mengedepankan sifat ini dari sifat lainnya dalam memilih, menetapkan,
dan memprioritaskan semua perkara.
Komunikasi yang mampu menghubungkan
apa yang kita maksud dengan apa yang ditangkap oleh orang lain adalah rahmat
besar dari Allah terhadap manusia. Kita tidak dapat membayangkan bagaimana kita
akan hidup dengan nyaman andaikan apa yang kita maksudkan selalu tidak sama
dengan apa yang orang lain maksudkan selalu tidak sama dengan apa yang orang
lain maksudkan? Ketika kita berbicara cinta ternyata yang dipahami oleh pendengar adalah benci, disaat kita
mengungkapkan bahagia ternyata dipahami oleh orang bahwa kita sedang dirundung
kemalangan.
Sumber dan Referensi
Untuk membantu dan
memahami makna Al-Qur'an, terutama tentang komunikasi maka kita harus merujuk
kepada para ulama yang pakar dibidang tafsir dan ulum Al-Qur'an. Diantara
rujukan utama dalam bidang tafsir adalah:
1.
Jami'
al-Bayan fi Tafsir Al-Qur'an atau Tafsir at-Tabari disusun oleh Abu Ja'far
Muhammad bin Jarir at-Tabari.
2.
Ma'alim
at-Tanzil ditulis oleh Abu Muhammad al-Husain bin Mas'ud bin Muhammad al-Farra
al-Baghawi.
3.
Tafsir
Al-Qur'an al-Azim disusun oleh Ibnu Katsir.
4.
Al-Durr
al-Mantsur fi al-Ma'tsur karya Suyuti.
5.
Mafatih
al-Gaib disusun oleh Fakhruddin al-Razi.
6.
Tafsir
Jalalain disusun oleh Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuti.
7.
Ruh
al-Ma'ani fi Tafsir Al-Qur'an al-Azim wa as-Sab'i al-Matsani disusun oleh
Syihabuddin Mahmud al-Alusi.
8.
Al-Tafsir
al-Munir fi ql-Aqidah wa asy-Syariah wa al-Manhaj disusun oleh Wahbah
az-Zuhaili.
9.
Al-Furqon
tafsir ini ditulis oleh A. Hassan.
10.
Tafsir
Al-Azhar karya Hamka.
11.
Tafsir
An-Nur karya Hasbi Ash-Shiddiqie.
12.
Tafsir
Al-Misbah karya Quraish Shihab.
13.
Al-Qur'an
dan Tafsirnya.
Ayat-ayat yang Terkait dengan Komunikasi
Berikut ini
beberapa ayat yang terpenting yang terkait dengan komunikasi yang perlu dirujuk
maknanya secara mendalam dalam kitab-kitab tafsir diatas.
1.
Ayat
tentang Hiwar dan Jidal
"Sesungguhnya Allah telah
mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang
suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan, Allah mendengar soal jawab
antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
(QS. al-Mujaadilah: 1)
2.
Ayat
tentang Bayan
“(Tuhan) yang Maha Pemurah yang
telah mengajarkan Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai
berbicara. (QS. Ar-Rahman: 1-4)
3.
Ayat tentang Tadzkir
“Oleh sebab itu berikanlah
peringatan karena peringatan itu bermanfaat.” (QS. Al-A’la: 9)
4.
Ayat
tentang Tabligh
“Hai Rasul sampaikanlah apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang
diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah:67)
5.
Ayat
tentang Busyra
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali
Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak(pula) mereka
bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di
akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji)Allah. Yang
demikian itu adalah kemenangan yang besar.”(QS. Yunus 62-64)
6.
Ayat
tentang Indzar
“Sesungguhnya kamu hanyalah seorang
pemberi peringatan”. (QS. Ar-Rad: 17)
7.
Ayat
tentang Ta’aruf
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.”(QS. Al-Hujurat: 13)
8.
Ayat
tentang Tawashi
“Adakah kalian hadir ketika Ya'qub
kedatangan(tanda-tanda) maut, ketika is berkata kepada anak-anaknya, "Apo
yang kalian sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab, "Kami akan
menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu Ibrahim, Ismail, dan Ishaq,
(yaitu)Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." (QS:
al-Baqarah 133)
2. As-Sunnah
Selain Al-Qur’an,
kita juga dianugerahi panduan teknis bagaimana melaksanakan panduan umum yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Untuk menjelaskan panduan teknis tersebut Allah
mengutus Rasulullah SAW.
وَمَاأَنزلْنَاعَلَيْكَالْكِتَابَإِلالِتُبَيِّنَلَهُمُالَّذِياخْتَلَفُوافِيهِوَهُدًىوَرَحْمَةًلِقَوْمٍيُؤْمِنُونَ
“Dan Kami tiadalah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al-Qur'an) ini,
melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS.
An Nahl: 64)
Definisi
As-Sunnah
Ulama hadist sepakat
bahwa arti dasar kata as-Sunnah yang berkaitan erat dengan hadist berkisar pada
dua makna berikut:
1.
Al-Sirah
au al-Thariqah, Hasanah am Sayyiah. Sirah dan Thariqah yang berarti jalan
kehidupan atau metode, yang baik ataupun buruk.
2.
Al-Thariqah
al-mahmudah al-mustaqimah, yaitu jalan kehidupan atau metode yang lurus dan
terpuji.
Rasulullah banyak
menggunakan kata As-Sunnah, antara lain tersebut dalam hadis-hadis berikut:
بنعبداللَّهرَضِيَاللهُعَنْهُقالقالرسولاللهصَلَّىاللهُعَلَيْهِوَسَلَّمَمنسنفيالإسلامسنةحسنة،فلهأجرها،وأجرمنعملبهابعدهمنغيرأنينقصمنأجورهمشيء،ومنسنفيالإسلامسنةسيئة،كانعليهوزرها،ووزرمنعملبهامنبعدهمنغيرأنينقصمنأوزارهمشيء
رَوَاهُمُسْلِمٌ.
Dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullahi
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “…Siapa yang memulai membuat tradisi
yang baik dalam islam, maka dia mendapat pahala perbuatan baiknya dan pahala
orang yang mengamalkan perbuatan baik tersebut setelahnya tanpa mengurangi
sedikitpun pahala pengikutnya, dan siapa yang memulai membuat tradisi yang
buruk dalam islam, maka dia mendapat dosa perbuatan buruknya dan dosa orang
yang mengamalkan perbuatan buruk tersebut setelahnya tanpa mengurangi sedikitpun
dosa pengikutnya.” (HR. Muslim)
Hadis di atas
menggunakan istilah sunnah untuk tradisi atau perbuatan baik dan buruk. Tradisi
yang baik disebut sunnah hasanah dan tradisi yang buruk disebut sunnah sayyiah.
Dalam terminologi
Muhadditsin As-Sunnah didefinisikan sebagai berikut:
ماأثرعن
النبي صل الله عليه وسلم من قول أو فعل أوتقريرأوصفة خلقية أوخلقية أو سيرة، سواءكان
قبل ابلعثة أو بعد ها.
“Sesuatu yang didapat dari Nabi SAW baik berupa perkataan,
perbuatan, dan sifat jasmani atau perilaku, serta sirah beliau sebelum atau sesudah
diutus.”
Fungsi As-Sunnah
Fungai As-Sunnah adalah
sebagai tafsir bagi Al-Qur’an, mengungkap rahasia yang dikandungnya, dan
menjelaskan kehendak Allah SWT dalam perintah-perintah-Nya atau
larangan-larangan-Nya. Al-Qur’an sangat membutuhkan Sunnah, karena tanpa sunnah
banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang sulit untuk difahami, dan tidak bisa dimengerti
maksudnya, tetapi tidak demikian sebaliknya, karena walaupun tanpa Al-Qur’an
as-sunnah sudah bisa dipahami dengan sendirinya.
Rasulullah adalah
peretas jalan dan pemandu bagaimana menerapkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam
kehidupan nyata. Rasulullah adalah peretas jalan dan pemandu yang menjadi
contoh orang setelanya untuk menerapkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan selesainya Al-Qur’an diturunkan dan selesainya Nabi
menjelaskan, maka Allah secara resmi menjadikan agama Islam sebagai agama yang
diridhai-Nya. Tentang hal ini Allah berfirman:
يَوْمَأَكْمَلْتُلَكُمْدِينَكُمْوَأَتْمَمْتُعَلَيْكُمْنِعْمَتِيوَرَضِيتُلَكُمُالْإِسْلَامَدِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan
telah Kucukupkan kepada kalian NikmatKu. dan telah Kuridai Islam itu jadi agama
bagi kalian.” (QS. Al- Maidah: 3)
Sumber dan Referensi
Untuk membantu
memahami makna dan kualitas hadis kita juga harus merujuk kepada para pakar
dibidang hadis. Diantara kitab yang paling sering dijadikan dalam bidang hadis
adalah:
1.
Shahih
al-Bukhari
2.
Shahih
Muslim
3.
Sunan
Abu Daud
4.
Sunan
al-Nasa’i
5.
Sunan
Tirmidzi
6.
Sunan
Ibnu Majah
3. Kitab-kitab Para Ulama
Selain Al-Qur’an
dan Hadis, ilmu pengetahuan Islam secara umum dan ilmu tentang adab dan akhlak secara
khusus sangat kaya dengan bahan yang bisa dikembangkan untuk memperkaya
bangunan ilmu komunikasi Islam.
Diantara kitab-kitab yang sangat bermanfaat untuk dijadikan sumber
dan referensi adalah:
1.
Kitab
Ihya’Ulummudinkarya Imam Abu Hamid al-Ghazali, kitab ini membahas tentang Afat
al-lisan (penyakit lisan).
2.
Kitab
Minhaj al-Qashidin karya al-Maqdisi, kitab ini juga membahas tentang Afat
al-lisan (penyakit lisan).
3.
Kitab
Riyadhus Shalihin karya Imam Nawawi, kitab ini membahas banyam hal. Diantaranya
tentang kejujuran, nasihat, memperbanyak jalan berbuat kebaikan, dan lain-lain.
4.
Kitab
Afat al-lisan fi Dhau Al-Qur’an wa As-Sunnah karya Said bin Ali bin Wahf
Al-Qahtani. Kitab ini membahas tentang gosip, adu domba, lisan yang kotor, dan
sebagainya.
5.
Kitab
Adab al lisan karya Abu Anas Majid al-Nabkani. Kitab ini membahas etika manusia
dalam menggunakan lidahnya.
4. Ilmu Komunikasi
Ilmu
komunikasi adalah pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang diperoleh
melalui suatu penelitian tentang sistem, proses, dan pengaruhnya yang dapat
dilakukan secara rasional dan sistematis, serta kebenarannyadapat diuji dan
digeneralisasikan. Banyak hal yang bermanfaat yang telah disumbangkan oleh ilmu
komunikasi terutama dalam kajian empiriknya. Karena pertimbangan itulah dalam
membangun ilmu komunikasi Islam kita sangat memerlukan ilmu komunikasi umum.
Referensi
Dr. Harjani Hefni, Lc., M.A.2015. Komunikasi Islam. Prenadamedia Group:Jakarta
Referensi
Dr. Harjani Hefni, Lc., M.A.2015. Komunikasi Islam. Prenadamedia Group:Jakarta
CASINO MODE BONUS - JSM Hub
BalasHapusCASINO MODE BONUS I'm really 통영 출장마사지 happy to have 울산광역 출장안마 been able to 경주 출장마사지 play this 이천 출장마사지 game for so long. It's an easy game to play. 의정부 출장샵 In case you have any questions, we are