Rabu, 15 Juni 2016

SUMBER ILMU KOMUNIKASI ISLAM


            Sebagai sebuah ilmu, komunikasi Islam memiliki sumber utama yang sangat potensial untuk digali, yaitu dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Meskipun tidak terkumpul dalam satu tempat, tetapi bahan baku ilmu komunikasi Islam yang terdapat dibanyak tempat dalam Al-Qu'ran dan As-Sunnah sangat memungkinkan untuk memformat ilmu komunikasi Islam secara sistematis, sehingga menjadi ilmu yang mudah dimanfaatkan oleh akademisi dan masyarakat secara umum.Selain Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan ilmu-ilmu pendukung untuk memahaminya, kitab-kitab para ulama baik yang lama maupun kontemporer juga banyak yang bisa menjadi bahan baku yang yang bisa diolah untuk membangun ilmu komunikasi Islam.
            Sumber lain yang tidak kalah pentingnya dalam memformat ilmu komunikasi Islam adalah ilmu komunikasi yang telah berkembang cukup lama dan sudah semakin menunjukkan kemapanannya. Ilmu komunikasi umum ini sangat membantu upaya untuk memformat ilmu komunikasi Islam karena kaum Muslimin diajarkan untuk terbuka menerima kebenaran dari sumber manapun datangnya. Dan, Dr. Harjani Hefni meyakini bahwa semakin akurat sebuah penelitian tentang ilmu komunikasi, maka akan semakin membantu peneliti komunikasi Islam dalam mematangkan ilmu komunikasi Islam, karena kebenaran Islam tidak akan menolak atau bertolak belakang dengan ilmu pengetahuan. Kaidah utama agama Islam dalam memandang ilmu pengetahuan adalah akomodatif, bahkan tidak akan ada penelitian ilmiah yang betul-betul akurat hasilnya yang bertentangan dengan ajaran Islam.
A. Sumber-Sumber komunikasi Islam
1. Al-Qur'an
Definisi Al-Qur'an
            Al-Qur’an dari segi etimologis merupakan bentuk masdhar dari kata qara'a (قرأ) - yakra'u (يقرأ) - qira'atan (قراءة) - wa qur'anan (قرانا). Kata  qara'a (قرأ) berarti menghimpun dan menyatukan. Jadi menurut bahasa, Al-Qur'an adalah himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang menjadi satu ayat, himpunan ayat-ayat menjadi surat, himpunan surat menjadi mushaf Al-Qur'an. Disamping bermakna menghimpun Al-Qur'an dengan akar kata qara'a, bermakna tilawah atau membaca. Jika dua makna bahasa ini dipadukan, maka Al-Qur'an artinya adalah himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang dapat dibaca. Makna Al-Qur'an seperti ini diisyaratkan oleh surat-surat dalam Al-Qur'an yang dimulai dengan huruf-huruf yang terpenggal-penggal seperti alif-lam-mim, alif-lam-ra, kaf-ha-ya-'ain-shad, dan sebagainya. Menurut Ibnu Katsir (w.774 H), huruf-huruf yang terpenggal-penggal itu mengisyaratkan bahwa Al-Qur'an adalah berasal dari huruf-huruf itu. Tetapi ketika sudah turun menjadi Al-Qur'an, susunan huruf tersebut tidak hanya mengandung makna tetapi mengandung mukjizat yang tidak bisa ditandingi oleh siapa pun. Kehebatan Al-Qur'an yang tidak bisa ditandingi oleh siapa pun itu yang disebut mukjizat. Dan Al-Qur'an adalah mukjizat terbesar dan abadi yang dianugerahkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.
            Ketika menjadi terminologi untuk kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, maka Al-Qur'an didefinisikan sebagai:
الكلامالمعجزالمنزلالنبيابمكتوبفيالمصاحفالمنقولبالتواترالتمعبدبتلاوته
"Firma Allah SWT yang menjadi mukjizat abadi kepada Rasulullah yang tidak mungkin bisa ditandingi oleh manusia, diturunkan kepada Rasulullah SAW yang tertulis dalam mushaf, diturunkan ke generasi berikutnya secara mutawatir, ketika dibaca bernilai ibadah dan berpahala besar."
Definisi diatas mengandung lima makna penting:
1.      Al-Qur'an adalah firman Allah SWT (QS. an-Najm:4) Yang Maha Mulia dan Maha Agung. Kedudukan firman-Nya yang mulia dan agung menjadikan kita harus memperlakukannya dengan mulia juga. Karena harus memperlakukannya dengan mulia juga. Karena Al-Qur'an adalah firman Allah yang mulia, maka menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber rujukan utama komunikasi Islam akan membuat ilmu ini menjadi ilmu yang mulia.
2.      Al-Qur'an adalah mukjizat, tidak ada kata dan bacaan yang mampu menandinginya. Menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber ilmu komunikasi Islam akan membuat teori-teori ilmu ini menjadi kukuh.
3.      Al-Qur'an itu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu ke dalam hatinya melalui malaikatJibril a.s. (QS. Ash-Shu'ara:192). Allah memilih hati Nabi Muhammad karena dianggap paling layak untuk ditempati Al-Qur'an yang suci.
4.      Al-Qur'an disampaikan secara muthawatir. Al-Qur'an dihafal dan ditulis oleh banyak sahabat sehingga mustahil terjadi persengkokolan adanya penambahan atau pengurangan dalam teksnya. Lalu, secara turun-temurun Al-Qur'an itu diajarkan kepada generasi berikutnya, dari orang banyak ke orang banyak.
5.      Membaca Al-Qur'an bernilai ibadah, bahkan setiap huruf diganjar oleh Allah dengan sepuluh kebaikan.
            Sebagai sumber yang autentik dan isinya yang mengandung mukjizat, maka Al-Qur'an adalah kitab yang paling layak untuk menjadi sumber utama ilmu komunikasi Islam dan sangat potensial memberikan kontribusi positif dalam perkembangan ilmu komunikasi secara umum.
Fungsi Al-Qur'an
1.      Al-Qur'an sebagai Huda (Petunjuk)
Manusia disiapkan oleh Allah untuk hidup didunia dalam tempo relatif lama. Usia rata-rata umat Nabi Muhammad berkisar 60 sampai 70 tahun dan tidak banyak yang melampaui usia tersebut. Karena rentang hidup yang cukup lama itu, maka Dia Yang Maha Tahu, Maha Bijak dan Maha Kasih menurunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk dan sebagai pemandu. Agar petunjuk itu mudah dilaksanakan, maka Allah mengutus Rasulullah SAW untuk mencontohkannya.
Fungsi Al-Qur'an sebagai petunjuk disebutkan banyak sekali dalam Al-Qur'an. Allah berfirman:
إِنَّهَذَاالقُرءَانَيَهدِىلِلَّتِىهِىَأَقوَمُوَيُبَشِّرُالمُوءمِنِينَالَّذِينَيَعمَلُونَالصَلِحَتِأَنَّلَهُمأَجرًاكَبِيرًا 

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar gembira pada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”(QS. Al-Isra: 9)

Al-Qur'an berfungsi memandu manusia dalam perjalanan mengarungi kehidupan agar sampai ke tujuan dengan selamat. Diantara aktivitas yang sangat memerlukan panduan Al-Qur'an adalah komunikasi, karena setiap manusia sangat tergantung kepadanya dalam menjalani kehidupan ini, bahkan sebelum mereka lahir di muka bumi. Banyak sekali ayat-ayat yang memberikan isyarat tentang komunikasi. Ayat-ayat tersebut memandu kita untuk saling berkomunikasi dengan Allah, berkomunikasi dengan sesama manusia, serta berkomunikasi dengan diri sendiri. Sejak diciptakan manusia pertama, Adam 'alaihissalam, Allah SWT telah membekali beliau dengan modal untuk berkomunikasi. Modal yang diberikan oleh Allah kepada Adam adalah kosakata yang merupakan modal dasar manusia untuk berkomunikasi. Seperti firman Allah dalam Qur'an surah al-Baqarah ayat 31-33. 

 Sejak berada dalam kandungan, di saat usia manusia berumur 4 bulan, manusia sudah berkomunikasi dengan Allah sang Penciptanya. Inti dari komunikasi ini adalah mengenalkan kepada semua manusia yang akan hidup dibumi bahwa yang menciptakan, memelihara, dan memperhatikan mereka sejak dalam kandungan sampai mereka meninggal adalah Rabb Tuhan mereka. Manusia yang ada dalam rahim ibunya itu pun menyatakan bahwa mereka mengakui keberadaan Rabb dan peran-Nya dalam mengatur segala urusan mereka. Komunikasi perdana ini disebutkan oleh Allah dalam Qur'an surah al-A'raf ayat 172.

Setelah manusia lahir di dunia, mereka bukanlah satu-satunya yang hidup di bumi, tetapi banyak orang lain yang sudah lebih dahulu ada di dunia yang juga berasal dari keluarga besar mereka. Dalam kehidupan bersama tersebut, Allah memandu manusia agar tidak hidup dengan dirinya sendiri dan tidak peduli dengan orang lain, terutama kaum kerabat yang memiliki hubungan nasab. Karena itu, selain diperintahkan untuk selalu berkomunikasi dengan Allah yang menciptakannya, Dia juga memerintahkan agar manusia membangun komunikasi dengan keluarga mereka. Membangun komunikasi dengan pihak keluarga di dalam Islam dikenal dengan istilah silaturahmi. Seperti yang Allah firmankan dalam Al-Qur'an surah an-Nisa : 1.

Orang yang paling dekat dan menjadi prioritas manusia dalam berkomunikasi adalah orang tua. Manusia diperintahkan untuk berkata santun, tidak boleh kasar, merendahkan diri di hadapan keduanya, dan mendoakan keduanya agar selalu diampuni Allah dan selalu mendapatkan rahmat dari-Nya. Seperti yang Allah firmankan dalam Al-Qur'an surah al-Isra: 23-24.

Selain membangun komunikasi dengan Allah dan keluarga dekat, Allah juga memerintahkan manusia untuk meluaskan ruang lingkup komunikasi kita dengan orang-orang yang hidup di sekitar kita, baik anak-anak yatim dan orang-orang miskin yang adadi sekitar kita, tetangga dekat, tetangga jauh, dan teman-teman sejawat, bahkan dengan para pendatang yang mungkin tidak kita kenal sebelumnya. Seperti yang Allah firmankan dalam Qur'an surah an- Nisa: 36.

Bahkan Allah menyatakan bahwa diantara tujuan keberadaan manusia dimuka bumi ini adalah untuk saling membangun komunikasi dengan seluruh manusia, tanpa membedakan ras, suku, warna kulit, bangsa, dan lain-lain. Seperti yang Allah firmankan dalam Qur'an surah al-Hujurat :13.

Ayat-ayat diatas secara jelas menunjukkan bagaimana Al-Qur'an memandu manusia dalam membangun komunikasi dengan Allah Sang Pencipta mereka dan dengan sesama sejak sebelum lahir dimuka bumi sampai mereka eksis sebagai manusia. Bahkan kalau penggalian informasi ini dilanjutkan, komunikasi dalam Islam terus berlanjut hingga manusia meninggal dunia, pada saat dialam kubur, padang mahsyar, bahkan di surga atau di neraka.
2.      Al-Qur'an sebagai Furqan
Al-Qur'an dengan sifatnya sebagai al-furqan (pembeda), memang diturunkan untuk mempertegas hal-hal yang tidak disepakati oleh manusia, yaitu penentuan mana yang baik dan mana yang buruk. Al-Qur'an sebagai al-furqan menunjukkan kepada manusia mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang halal dan mana yang haram. Allah SWT berfirman:
شَهرُرَمَضَانَالَّذِىأُنزِلَفِيهِالقُرءاَنُهُدًىلِّلنَّاسِوَبَيِّنَتٍمِنَالهُدَىوَالفُرقَانِ
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara hak dan yang bathil)." (QS. Al-Baqarah: 185)
Sifat Al-Qur'an sebagai furqan menegaskan bahwa ada hal yang menjadi ciri khas kaum muslimin yang membedakannya dengan selain mereka. Ciri khas ini akan menjadi pembeda sekaligus tanda pengenal bahwa seseorang adalah seorang muslim.

Kekhasan Islam secara umum tersebut juga termanifestasika dalam ajaran-ajaran yang bersifat khusus seperti ilmu komunikasi.

Diantara kekhasan Islam dalam ilmu komunikasi Islam adalah: meyakini bahwa komunikasi adalah bagian daripada ibadah kepada Allah, bukan sekedar untuk kepuasan diri dan menyenangkan orang lain. Seorang Muslim harus meniatkan segala perbuatan baiknya untuk ibadah, karena tugas utama keberadaan manusia di muka bumi ini adalah ibadah. Seperti firman Allah dalam Al-Qur'an surah al-Bayyinah: 5)

Agama yang lurus adalah jauh dari syirik dan jauh dari kesesatan. Dengan keyakinan ini seorang mukmin menjadi bersemangat membangun komunikasi yang positif dan takut melakukan tindakan yang merusak. Pesan-pesan yang baik yang disampaikan seseorang memiliki kekuatan untuk menembus relung hati manusia dan bahkan membuahkan hasil yang menakjubkan. Allah berfirman:

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. (QS. Ibrahim: 24)

Diantara bentuk kekhasan komunikasi Islam adalah mewujudkan rasa selalu diawasi oleh malaikat saat mengucapkan kata-kata. Bahwa setiap perkataan kita diawasi dan dicatat oleh para malaikat. Allah berfirman:
"Tiada satu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaf: 18)
3.      Al-Qur'an sebagai Syifa'
Syifa' artinya obat. Sakit biasanya disebabkan oleh bertemunya dua faktor pemicu dari luar diri, seperti berubahnya kondisi alam dan menularnya wabah penyakit. Sebagaimana tubuh, hati juga akan mengalami sakit oleh dua kondisi diatas. Jika iman sedang lemah dan godaan di luar besar, biasanya hati akan hancur lebur.
Rasulullah menjamin bahwa Allah tidak menurunkan satu pun penyakit di muka bumi ini kecuali menurunkan juga obatnya. Salah satu obat yang Allah persiapkan untuk manusia adalah Al-Qur'an. Fungsi Al-Qur'an sebagai obat terdapat dalam firman Allah:
يَأَيُهَاالنَّاسُقَدجَاءَتكُممِّوعِظَةٌمِّنرَّبِّكُموَشِفَاءٌلِمَافِىالصُّرُورِوَخُدًىوَرَحمَةٌلِّلمُوءمِنِين
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Yunus: 57)
Ibnu al-Qayyim (w.751 H) menyatakan bahwa seluruh Al-Qur'an adalah obat, tidak ada obat yang lebih besar dan lebih luas manfaatnya daripada Al-Qur'an. Diantara faktor luar yang membuat manusia sakit adalah faktor komunikasi. Komunikasi yang tidak baik bisa melukai hati, menyebabkan permusuhan bahkan pertumpahan darah. Adapun perkataan yang indah bisa membuat suasana damai, mengobati hati yang luka, dan menjadi penyebab terjadinya suasana kekerabatan dan persaudaraan yang kokoh.
4.      Al-Qur'an sebagai Rahmat
Diantara bentuk kasih sayang Allah yang paling besar kepada manusia adalah diturunkannya Al-Qur'an. Allah berfirman:
الرّحمن علّم القرءان
"Tuhan Yang Maha Pemurah yang telah mengajarkan Al-Qur'an." (QS. Ar-Rahman: 1-2)
Seluruh bentuk kebaikan dan segala hal yang bermanfaat bagi manusia di dunia ini maupun nanti diakhirat masuk dalam kategori rahmat. Rahmat adalah salah satu sifat Allah yang menonjol. Dia selalu mengedepankan sifat ini dari sifat lainnya dalam memilih, menetapkan, dan memprioritaskan semua perkara.
Komunikasi yang mampu menghubungkan apa yang kita maksud dengan apa yang ditangkap oleh orang lain adalah rahmat besar dari Allah terhadap manusia. Kita tidak dapat membayangkan bagaimana kita akan hidup dengan nyaman andaikan apa yang kita maksudkan selalu tidak sama dengan apa yang orang lain maksudkan selalu tidak sama dengan apa yang orang lain maksudkan? Ketika kita berbicara cinta ternyata yang dipahami  oleh pendengar adalah benci, disaat kita mengungkapkan bahagia ternyata dipahami oleh orang bahwa kita sedang dirundung kemalangan.
Sumber dan Referensi
            Untuk membantu dan memahami makna Al-Qur'an, terutama tentang komunikasi maka kita harus merujuk kepada para ulama yang pakar dibidang tafsir dan ulum Al-Qur'an. Diantara rujukan utama dalam bidang tafsir adalah:
1.      Jami' al-Bayan fi Tafsir Al-Qur'an atau Tafsir at-Tabari disusun oleh Abu Ja'far Muhammad bin Jarir at-Tabari.
2.      Ma'alim at-Tanzil ditulis oleh Abu Muhammad al-Husain bin Mas'ud bin Muhammad al-Farra al-Baghawi.
3.      Tafsir Al-Qur'an al-Azim disusun oleh Ibnu Katsir.
4.      Al-Durr al-Mantsur fi al-Ma'tsur karya Suyuti.
5.      Mafatih al-Gaib disusun oleh Fakhruddin al-Razi.
6.      Tafsir Jalalain disusun oleh Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuti.
7.      Ruh al-Ma'ani fi Tafsir Al-Qur'an al-Azim wa as-Sab'i al-Matsani disusun oleh Syihabuddin Mahmud al-Alusi.
8.      Al-Tafsir al-Munir fi ql-Aqidah wa asy-Syariah wa al-Manhaj disusun oleh Wahbah az-Zuhaili.
9.      Al-Furqon tafsir ini ditulis oleh A. Hassan.
10.  Tafsir Al-Azhar karya Hamka.
11.  Tafsir An-Nur karya Hasbi Ash-Shiddiqie.
12.  Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab.
13.  Al-Qur'an dan Tafsirnya.
Ayat-ayat yang Terkait dengan Komunikasi
            Berikut ini beberapa ayat yang terpenting yang terkait dengan komunikasi yang perlu dirujuk maknanya secara mendalam dalam kitab-kitab tafsir diatas.
1.      Ayat tentang Hiwar dan Jidal
"Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan, Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. al-Mujaadilah: 1)
2.      Ayat tentang Bayan
“(Tuhan) yang Maha Pemurah yang telah mengajarkan Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. (QS. Ar-Rahman: 1-4)
3.       Ayat tentang Tadzkir
“Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat.” (QS. Al-A’la: 9)
4.      Ayat tentang Tabligh
“Hai Rasul sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah:67)
5.      Ayat tentang Busyra
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak(pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji)Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.”(QS. Yunus 62-64)
6.      Ayat tentang Indzar
“Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan”. (QS. Ar-Rad: 17)
7.      Ayat tentang Ta’aruf
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS. Al-Hujurat: 13)
8.      Ayat tentang Tawashi
“Adakah kalian hadir ketika Ya'qub kedatangan(tanda-tanda) maut, ketika is berkata kepada anak-anaknya, "Apo yang kalian sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab, "Kami akan me­nyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu)Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." (QS: al-Baqarah 133)

2. As-Sunnah
            Selain Al-Qur’an, kita juga dianugerahi panduan teknis bagaimana melaksanakan panduan umum yang terdapat dalam Al-Qur’an. Untuk menjelaskan panduan teknis tersebut Allah mengutus Rasulullah SAW.
وَمَاأَنزلْنَاعَلَيْكَالْكِتَابَإِلالِتُبَيِّنَلَهُمُالَّذِياخْتَلَفُوافِيهِوَهُدًىوَرَحْمَةًلِقَوْمٍيُؤْمِنُونَ
“Dan Kami tiadalah menurunkan kepadamu Al­ Kitab (Al-Qur'an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. An Nahl: 64)
Definisi As-Sunnah
            Ulama hadist sepakat bahwa arti dasar kata as-Sunnah yang berkaitan erat dengan hadist berkisar pada dua makna berikut:
1.      Al-Sirah au al-Thariqah, Hasanah am Sayyiah. Sirah dan Thariqah yang berarti jalan kehidupan atau metode, yang baik ataupun buruk.
2.      Al-Thariqah al-mahmudah al-mustaqimah, yaitu jalan kehidupan atau metode yang lurus dan terpuji.
            Rasulullah banyak menggunakan kata As-Sunnah, antara lain tersebut dalam hadis-hadis berikut:
بنعبداللَّهرَضِيَاللهُعَنْهُقالقالرسولاللهصَلَّىاللهُعَلَيْهِوَسَلَّمَمنسنفيالإسلامسنةحسنة،فلهأجرها،وأجرمنعملبهابعدهمنغيرأنينقصمنأجورهمشيء،ومنسنفيالإسلامسنةسيئة،كانعليهوزرها،ووزرمنعملبهامنبعدهمنغيرأنينقصمنأوزارهمشيء رَوَاهُمُسْلِمٌ.
Dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullahi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “…Siapa yang memulai membuat tradisi yang baik dalam islam, maka dia mendapat pahala perbuatan baiknya dan pahala orang yang mengamalkan perbuatan baik tersebut setelahnya tanpa mengurangi sedikitpun pahala pengikutnya, dan siapa yang memulai membuat tradisi yang buruk dalam islam, maka dia mendapat dosa perbuatan buruknya dan dosa orang yang mengamalkan perbuatan buruk tersebut setelahnya tanpa mengurangi sedikitpun dosa pengikutnya.” (HR. Muslim)
            Hadis di atas menggunakan istilah sunnah untuk tradisi atau perbuatan baik dan buruk. Tradisi yang baik disebut sunnah hasanah dan tradisi yang buruk disebut sunnah sayyiah.
            Dalam terminologi Muhadditsin As-Sunnah didefinisikan sebagai berikut:
ماأثرعن النبي صل الله عليه وسلم من قول أو فعل أوتقريرأوصفة خلقية أوخلقية أو سيرة، سواءكان قبل ابلعثة أو بعد ها.
“Sesuatu yang didapat dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, dan sifat jasmani atau perilaku, serta sirah beliau sebelum atau sesudah diutus.”
Fungsi As-Sunnah
            Fungai As-Sunnah adalah sebagai tafsir bagi Al-Qur’an, mengungkap rahasia yang dikandungnya, dan menjelaskan kehendak Allah SWT dalam perintah-perintah-Nya atau larangan-larangan-Nya. Al-Qur’an sangat membutuhkan Sunnah, karena tanpa sunnah banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang sulit untuk difahami, dan tidak bisa dimengerti maksudnya, tetapi tidak demikian sebaliknya, karena walaupun tanpa Al-Qur’an as-sunnah sudah bisa dipahami dengan sendirinya.
            Rasulullah adalah peretas jalan dan pemandu bagaimana menerapkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan nyata. Rasulullah adalah peretas jalan dan pemandu yang menjadi contoh orang setelanya untuk menerapkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Dengan selesainya Al-Qur’an diturunkan dan selesainya Nabi menjelaskan, maka Allah secara resmi menjadikan agama Islam sebagai agama yang diridhai-Nya. Tentang hal ini Allah berfirman:
يَوْمَأَكْمَلْتُلَكُمْدِينَكُمْوَأَتْمَمْتُعَلَيْكُمْنِعْمَتِيوَرَضِيتُلَكُمُالْإِسْلَامَدِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Kucukupkan kepada kalian NikmatKu. dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagi kalian.” (QS. Al- Maidah: 3)

Sumber dan Referensi
            Untuk membantu memahami makna dan kualitas hadis kita juga harus merujuk kepada para pakar dibidang hadis. Diantara kitab yang paling sering dijadikan dalam bidang hadis adalah:
1.      Shahih al-Bukhari
2.      Shahih Muslim
3.      Sunan Abu Daud
4.      Sunan al-Nasa’i
5.      Sunan Tirmidzi
6.      Sunan Ibnu Majah

3. Kitab-kitab Para Ulama
            Selain Al-Qur’an dan Hadis, ilmu pengetahuan Islam secara umum dan ilmu tentang adab dan akhlak secara khusus sangat kaya dengan bahan yang bisa dikembangkan untuk memperkaya bangunan ilmu komunikasi Islam.
Diantara kitab-kitab yang sangat bermanfaat untuk dijadikan sumber dan referensi adalah:
1.      Kitab Ihya’Ulummudinkarya Imam Abu Hamid al-Ghazali, kitab ini membahas tentang Afat al-lisan (penyakit lisan).
2.      Kitab Minhaj al-Qashidin karya al-Maqdisi, kitab ini juga membahas tentang Afat al-lisan (penyakit lisan).
3.      Kitab Riyadhus Shalihin karya Imam Nawawi, kitab ini membahas banyam hal. Diantaranya tentang kejujuran, nasihat, memperbanyak jalan berbuat kebaikan, dan lain-lain.
4.      Kitab Afat al-lisan fi Dhau Al-Qur’an wa As-Sunnah karya Said bin Ali bin Wahf Al-Qahtani. Kitab ini membahas tentang gosip, adu domba, lisan yang kotor, dan sebagainya.
5.      Kitab Adab al lisan karya Abu Anas Majid al-Nabkani. Kitab ini membahas etika manusia dalam menggunakan lidahnya.

4. Ilmu Komunikasi
            Ilmu komunikasi adalah pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang diperoleh melalui suatu penelitian tentang sistem, proses, dan pengaruhnya yang dapat dilakukan secara rasional dan sistematis, serta kebenarannyadapat diuji dan digeneralisasikan. Banyak hal yang bermanfaat yang telah disumbangkan oleh ilmu komunikasi terutama dalam kajian empiriknya. Karena pertimbangan itulah dalam membangun ilmu komunikasi Islam kita sangat memerlukan ilmu komunikasi umum.


Referensi
Dr. Harjani Hefni, Lc., M.A.2015. Komunikasi Islam. Prenadamedia Group:Jakarta

1 komentar:

  1. CASINO MODE BONUS - JSM Hub
    CASINO MODE BONUS I'm really 통영 출장마사지 happy to have 울산광역 출장안마 been able to 경주 출장마사지 play this 이천 출장마사지 game for so long. It's an easy game to play. 의정부 출장샵 In case you have any questions, we are

    BalasHapus